Pilihan Persis Petani Milenial Kubis

Pilihan Persis Petani Milenial Kubis

Ulat daun, ulat krop, akar gada, serta bercak daun merupakan hama dan penyakit yang kerap menghambat budidaya kubis. Menariknya, beberapa petani milenial sudah menemukan cara jitu untuk menangkalnya dengan mensiasati biaya produksi.

Setiap musim tanam kubis di Indonesia yang tropis, tak dapat lepas dari ancaman serangan hama dan penyakit. Bahkan serangan hama dan penyakit sudah mulai ditemukan sejak di persemaian.

Jenis hama langganan yang selalu mengganggu kubis yaitu ulat daun Plutella xylostella, ulat krop Crocidolomia pavonana, dan ulat grayak Spodoptera sp. Sedangkan penyakit yang kerap dijumpai yakni akar gada (Plasmodiophora brassicae), dan bercak daun (Altemaria brassicae).

Menurut Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA), tanpa pengendalian yang benar, kehilangan hasil akibat serangan ulat daun dapat mencapai 100%. Sementara kehilangan produksi akibat serangan ulat krop sekitar 80%. Demikian juga kehilangan hasil akibat serangan penyakit akar gada dapat mencapai 35 – 100%.

Tak perlu khawatir, semua gangguan itu dapat tuntas dengan meniru cara perlindungan tanaman kubis yang dilakukan petani milenial di Tanah Karo – Sumatera Utara dan Kerinci – Sumatera Barat. Hingga kini, mereka eksis berbisnis kubis dan hidup sejahtera.

Aldi Sinohaji, merupakan petani milenial binaan MKD yang berusia 26 tahun di wilayah Naman Teran, Kabupaten Karo. Sejak pertama kali diperkenalkan dengan produk MKD pada dua tahun lalu, ia mengaku puas dengan perlindungan tanaman yang diberikan. “Produk MKD sangat efektif dan efisien dalam menjaga tanaman kubis dari serangan hama maupun penyakit,” jelasnya.

“Untuk perlindungan tanaman, sebelumnya saya menggunakan produk lain. Namun, setelah menyaksikan sendiri keberhasilan demplot 2.000 tanaman kubis yang dilakukan oleh kru MKD, program pengendalian hama penyakit saya ubah dengan menggunakan produk MKD,” ungkap Aldi yang telah mengupayakan 6.000 tanaman kubis per minggu untuk memenuhi permintaan gudang (bandar besar). Aldi mengakui bahwa kualitas hasil panen pun, sesuai dengan permintaan pasar.

Aldi menambahkan, selain efektif dan efisien, harga produk-produk MKD juga lebih terjangkau, dan mudah diperoleh. “Tiap minggu saya ada penyemprotan, dan produk MKD selalu ada, mudah diakses, di toko-toko pertanian di sekitar kebun saya,” tandasnya.

Produk unggulan MKD yang menjadi andalan Aldi yakni insektisida GORDON 320 EC dan biostimulan FORSIL. Ditambah insektisida berbahan aktif metomil 40% serta fungisida dengan bahan aktif asam fosfit 400 g/lt. “Hama sasaran dari GORDON 320 EC adalah ulat di bawah permukaan daun (Plutella). Oleh karena itu aplikasinya saya lakukan tunggal mulai umur tanaman 3 minggu setelah tanam (MST) hingga 5 MST. Konsentrasi cukup 1 ml per liter air, dengan interval 1 minggu sekali,” ujarnya. Pada penyemprotan 5 MST, imbuh dia, konsentrasinya dinaikkan menjadi 2 ml per liter air.

Memasuki usia 6 MST, Aldi melakukan penyemprotan dengan mencampurkan 2 ml GORDON 320 EC ditambah 1 gram insektisida berbahan aktif metomil 40% per liter air. Seminggu kemudian, pada umur tanaman kubis 7 MST, hanya disemprot metomil 40% dengan konsentrasi 1 gram per liter air. “Dalam setiap penyemprotan hasilnya nyata, ulat daun dan ulat krop dapat dikendalikan. Oleh karena itu, interval penyemprotan cukup 1 minggu sekali,” tandasnya.

Sementara fungisida berbahan aktif asam fosfit 400 g/lt, dimanfaatkan oleh Aldi sejak tanaman kubis masih di persemaian. “Fungisida ini paling banyak saya gunakan untuk mencegah penyakit akar gada dan penyakit akibat cendawan lainnya. Di persemaian, penyemprotan dilakukan 2 kali dengan interval 1 minggu sekali. Setelah pindah tanam, penyemprotan dilakukan mulai umur tanaman 1 MST – 3 MST. Khusus umur 1 MST, penyemprotan dengan fungisida berbahan aktif asam fosfit 400 g/lt, saya lakukan 2 kali. Interval penyemprotan selanjutnya cukup 1 minggu sekali,” urainya. Bila cuaca ekstrim, seperti curah hujan tinggi, lanjut Aldi, interval penyemprotannya diubah menjadi 1 minggu 2 kali.

Petani milenial ini memberi catatan, setiap kali aplikasi fungisida berbahan aktif asam fosfit 400g/lt, ia mencampurkan dengan produk MKD lainnya, yaitu mancozeb dan biostimulan FORSIL. “Dalam satu musim tanam kubis, saya mengaplikasikan FORSIL 5 kali,” jawab Aldi.

Pada masa vegetatif, aplikasi FORSIL dicampur dengan fungisida berbahan aktif asam fosfit 400 g/lt. Sedangkan pada masa generatif atau pembentukan krop, FORSIL dicampurkan dengan insektisida berbahan aktif metomil 40%. Konsentrasi FORSIL sangat irit, 1 tutup botol atau 15ml per liter air (Knapsack sprayer).

“Sejak di persemaian, pengaruh FORSIL sudah kelihatan. Daun lebih lebar dan hijau, tinggi bibit seragam dan perakaran lebih banyak. Setelah pindah tanam, karena budidaya sudah baik, FORSIL ini mendukung panen bisa serentak, karena tanaman seragam. Tampilan, warna dan kepadatan krop lebih baik. Pangkal lembaran krop juga tidak tebal, sehingga disukai pasar,” jelas Aldi.

Menurut Sepri Ginting, Field Assistant MKD wilayah Karo, aplikasi insektisida, fungisida dan biostimulan FORSIL yang dilakukan Aldi, sudah sesuai yang direkomendasikan MKD. “Alhamdulilah, hambatan yang dihadapi petani dapat teratasi,” syukurnya Agronomist MKD wilayah Sumut – Fajar Ginting, menambahkan, “MKD datang kepada petani dengan memberi solusi,”